Senin, 28 Oktober 2013

Mollayo! [FF] [Chapter 3]



 akhirnya setelah jongkok di toilet dan jongkok di depan komputer /apa 
FF gue selesai, belom, sih. masih bnyak lagi(?) #curhat :(


Cast : choi minho / minho
           Choi jinri / sulli
           Byun baekhyun / baekhyun [OC]
           Yang lainnya temukan sendiri(?)
Genre : romance, family, comedy dikit(?), dll (?)

Happy reading!


Baekhyun POV
Ah, tak salah lagi, ini pasti caffeenya! Aku menatap pintu caffee itu dengan jantung yang berdegup kencang, lebih kencang dari sebelumnya. Bahkan aku bisa merasakan bagaimana kerasnya degupan itu tanpa menyentuhnya dengan tanganku. Choi jinri, you will be mine!
Aku mulai mencari-cari sosok yang aku cintai. Sang jantung hati yang membuat hidupku berwarna-warni, tak ada yang bisa dikatakan kecuali “aku mencintaimu.”

Dan………..

Perempuan berambut coklat kemerah-merahan itu sedang membelakangiku, asik mengobrol dengan teman-temannya dan sesekali tertawa. Aku sangat ingat bagaimana ia tertawa, ah, sungguh khas! Omo, rasanya aku ingin memeluknya dari belakang!

“Ya! Choi jinri……” aku menepuk pundaknya dari belakang. Dan…….. dimana tanda lahir di hidungnya? Apakah dia habis menjalankan operasi plastik? Aku hanya terdiam, menatap wajahnya.

“sepertinya kau salah orang” jelas wanita itu. suaranya sangat sama dengan choi jinri, begitu juga wajahnya. 

“aku choi jinra, kembaran nama orang yang tadi kau panggil,” ia menundukan badannya. Sejak kapan choi jinri mempunyai kembaran? Mengapa ia tak pernah cerita kepadaku?

“oh, ne, aku byun baekhyun. Mianhae,” sial! Bunga yang aku sembunyikan dibalik badanku terjatuh dan ia melihatnya. Aish, memalukan! 

“Wah, bunga yang indah. Kau ingin menembaknya? Dan kau byun baekhyun anak dari perusahaan orang terkaya di Seoul itu? Senang bertemu denganmu.” Belum sempat aku mengucapkan terimakasih dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya, ia berbicara lagi, menjelaskan sesuatu yang membuatku sedikit kaget. 

“ Disini ada dua caffee yang sama, sebelah utara dan selatan, mungkin sulli berada di caffee sebelah selatan.” Bagaimana aku tidak mengetahui bahwa caffee ini mempunyai cabang?! Poor baekhyun!

“Ehehe, ne. baiklah, aku akan pergi kesana. Senang bertemu juga denganmu. Terimakasih banyak!” Aku sedikit berteriak sambil berlari ke pintu keluar. Kunyalakan motorku dan melaju menuju caffee selatan. Tunggu aku, Choi Jinri!


Author POV

Sementara berpuluh-puluh kilometer dari tempat baekhyun berada………..

“MWOOOOOO??!! Kau membeli semua ini?!?!” Pekik Sulli saat melihat oleh-oleh yang dibawakan oleh Krystal untuknya. Ia benar-benar tidak percaya, ini sangat banyak! Padahal Sulli tidak meminta oleh-oleh satupun. Menurutnya, kepulangan Krystal dari Amerika sudah membuatnya sangat bahagia.

“Ne, mungkin ini belum seberapa banyak dengan oleh-oleh yang diberikan oleh appamu,” Krystal menundukan kepalanya. “Maaf,”

“Aigoo, bukan begitu. Aku bertemu denganmu saja sudah lebih dari cukup. Ehehe,” Cengiran khas Sulli membuat Krystal tidak bersedih lagi. Memang, Sulli adalah orang yang paling bearti bagi hidup Krystal. Bagaimana tidak? Sukaduka dijalani bersama oleh sejak mereka menduduki bangku sekolah dasar. Kedua keluarga mereka juga sangat akrab bagaikan keluarga besar.

“Baiklah kalau begitu. Emm..” Krystal terdiam sebentar. “Bagaimana kalau kita bertukar kisah? Sudah lama kita tidak melakukan ritual ini.” Ucap Krystal semangat

“Ditemani dengan secangkir teh! Ya! Mari kita lakukan ritual ini sampai malam!” Sulli memanggil pelayan caffee dan memesan dua cangkir teh hangat. Krystal tersenyum karena Sulli masih mengingat ritual mereka setelah beberapa tahun tidak bertemu.


Choi Minho POV

Mungkin aku terlalu menyakiti hatinya, apa aku harus meminta maaf? Ah, dia kan sudah besar, pasti bisa menyadari kesalahannya! Punya adik yeoja memang menyusahkan. Aku memutuskan untuk pulang ke rumah setelah cukup lama berputar-putar di pusat kota.

Aku membuka pintu belakang rumah. Ya, appa dan eomma sepakat kalau Sulli yang memegang pintu kunci depan karena aku yang sangat ceroboh jika menyimpan sesuatu barang yang berhubungan dengan rumah. 
Tetapi kali ini aku beruntung, kunci itu masih ada di dalam kantung kemejaku.

“Sulli! Kau di dalam?” Teriakku diruang tamu. Tidak ada jawaban.

“Sulli!” Aku berteriak sekali lagi dan tidak aja jawaban. Apa dia benar-benar marah kepadaku?

Aku membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci. Tidak ada orang?

Akhirnya aku memutuskan untuk mengirimkannya pesan.

Sulli-ya. Kau dimana? Aku lapar, cepatlah pulang.
jangan lupa membawa makanan! Aku tau kau sedang berbelanja

Pesan terkirim.

Choi Sulli POV
Aku melihat ke layar telefon genggamku yang berbunyi, menandakan bahwa ada pesan masuk dari oppa. Ya, aku memang mengkhususkan ringtone untuk orang tedekatku.

“aish jinjja! Berisik sekali namja ini!” keluhku sambil membuka pesan darinya. Lalu membalasnya singkat

Ne.

Pesan terkirim.

“Sulli-ya, dari siapa?” Kata krystal sambil menunjuk-nunjuk telefon genggamku. “Namjachingu?” Tanyanya jail

“Ani!” Ucapku terburu-buru. “Dari oppa,” jawabku singkat dan dibalas anggukan dari Krystal. Kemudian kami melanjutkan ritual kami.

Hari mulai sore, aku dan Krystal sampai tidak menyangka bahwa kami berbicara berjam-jam. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan tidak lupa memesan makanan untuk oppa. Tiba-tiba muncul ide dari otakku dan tersenyum-senyum sendiri. Krystal melihatku dan bertanya dengan pertanyaan yang cukup membuatku kaget, “kau ingin bermalam ya dengan namjachingumu?” Wajahnya begitu polos sampai aku tertawa mendengarnya

“Bicara apa kau ini? Aku tidak punya namjachingu, bahkan aku tidak tahu bermalam yang seperti apa yang kau maksud,” Ucapku yang masih disertai dengan tawa.

Setalah 30 menit menunggu, akhirnya aku dan Krystal meninggalkan caffee dan pulang. Kami berpisah di halte karena rumah Krystal sudah tidak dekat dengan rumahku lagi. Aku melambaikan tangan saat Krystal mulai menduduki bangku yang dekat dengan jendela bus. Dan aku pun segera pulang ke rumah karena oppa sudah menungguku cukup lama. Yaaa, biarkanlah namja itu kelaparkan sampai menangis. Aku tidak peduli


Author POV

Tidak perlu waktu lama untuk menuju ke rumah Sulli. 10 menit kemudian Sulli sudah melihat Minho yang terkapar di teras depan. Sulli tertawa sangat kencang sampai membangunkan oppanya itu.

“Ya! Apa yang kau tertawai? Mana makanannya? Aish jinjja aku sangat lapar,” keluhnya dengan muka memelas. Semakin menambah hasrat Sulli untuk mengerjai Minho.

“Kau boleh makan, tapi selama seminggu kau harus berjalan jongkok jika memasuki rumah. Bagaimana?” Tawar Sulli dengan evilsmilenya. Minho tau tadi pagi ia sudah membuat adiknya jengkel, benar-benar jengkel. Dan sekarang Minho kena batunya, bahkan lebih dari dugaannya!

“Mwo?! Ah, baiklah. Mana makanannya?” Minho mencari-cari makanan yang bawa Sulli. Begitu banyak kantung yang Sulli bawa sampai Minho tidak bisa mencari barang yang ia minta.

“Begitu saja tidak bisa,” Sulli menyodorkan kantung berisi makanan yang Minho minta. “Segitukah laparnya?” Tanya Sulli tetapi tidak bisa dijawab, Minho sudah masuk ke dalam rumah, dengan jalan jongkok pastinya.

“Hahaha kau seperti kera!” Sulli meledek Minho yang sedang berjalan jongkok menuju ke meja makan.

“Kau tidak tahu ini sangat pegal. Jangan meledekku seperti itu! Lagipula jika kau meledekku kera, aku kera yang tampan, bukan?” Minho membuat senyumannya menjadi senyuman yang paling mempesona, sulli bergidik geli.

“Mana ada kera tampan? Kau ini, selalu berkhayal,” Ujar Sulli sambil tertawa dan duduk di sofa sambil menatap Minho yang belum sampai-sampai ke meja makan.

“Kau lama sekali jalannya,” protes Sulli.

“Kau daritadi bawel sekali, sulli-ya.” Protes Minho yang akhirnya sampai ditujuan. Sulli memalingkan wajahnya ke TV


Baekhyun POV

aku membanting diriku keatas kasur. Tadi siang aku mencari ke caffee selatan, tetapi tidak ada Sulli disana. 

Apa dia memesan ruangan khusus? Ah, aku tidak tahu!

Aku melirik jam dinding kamar, 10 malam. Mungkin Sulli belum tidur, atau jangan jangan Sulli masih diluar? Lebih baik aku mengirimkannya pesan.

Sulli-ya, tadi kau di caffee selatan? Aku bertemu kembaranmu di caffee utara.

Pesan terkirim.

Tak lama setelah itu telefonku berdering, aku kaget dan tidak menyangka Sulli tidak mengetahuinya.

Mwo? Kembaran?


TBC.


typo? sorry


salam,
wica unyu