Title : Mollayo!
Cast : Byun Baekhyun [OC]
Choi Jinri / Sulli
Temukan sendiri (?)
Genre : romance,
school(?), family (?)
doh maaf ya baru nulis FF lagi ;A; udah jadi kok (?)
Happy reading!
Author POV
Kembaran sendiri tidak tau? Pikir Baekhyun. Dan ia tak membalas lagi pesan
membingungkan dari Sulli. Tak lama kemudian handphonenya
berdering lagi.
Kai :
Bagaimana? Berhasil?
Baekhyun menghela nafas panjang, lalu melemparkan dirinya ke
tempat tidur tanpa membalas pesan dari namja yang selalu penasaran dengan
hidupnya itu.
**
“Ya! Oppa!” Teriak yeoja yang membelakanginya. Baekhyun
mencari sang sumber suara, Sulli. Ia menghentikan langkahnya, menunggu Sulli
yang sedang berlari ke hadapannya.
“Aigoo, sampai kapan akan berteriak dengan suara seperti
bebek?” Tanya Baekhyun, dahinya menjadi terlipat-terlipat.
“Waeyo? Tidak suka eoh?” Sulli mengerucutkan bibirnya, membuat
Baekhyun ingin memeluk yeoja yang berada di sampingnya ini.
“Kau terlihat jelek jika seperti itu, berhentilah bertingkah
seperti anak kecil.” Ujar Baekhyun, padahal ia sangat menyukainya.
“Sini, oppa betulkan wajahmu.” Baekhyun menutup wajah Sulli
dengan tangan kanannya, sekaligus merangkul yeoja itu, kemudian Baekhyun
berjalan menuju ke kelas Sulli tanpa melepas rangkulannya.
Beberapa lama kemudian Baekhyun dan Sulli sudah sampai di
kelas yeoja berbadan tinggi itu. Baekhyun melepaskan dekapannya. Sulli
mengerjap-ngerjapkan matanya, beradaptasi dengan cahaya lampu kelas. Wajahnya
terlihat sangat polos saat ia berputar di tempat, tampak bingung sedang berada
di kelas siapa, Baekhyun dibuat gemas olehnya.
“oppa, aku dimana?” Tanya Sulli yang masih meneliti di setiap
sudut kelasnya sendiri.
Baekhyun tersenyum, menahan tangannya agar tidak mencubit
pipi yeoja itu. “Kelasmu,” ujar Baekhyun singkat dan tiada henti tersenyum di
hadapan Sulli.
“Ya! Jangan tersenyum seperti itu. Kau menakutiku,” balasnya
dengan suara sedikit bergetar dan mendorong Baekhyun keluar dari kelasnya.
“Sulli!” Sahut seseorang di luar sana yang tampaknya
tertutupi oleh tubuh Baekhyun.
Seseorang itu masuk dan berdiri di hadapan yeoja yang ia
panggil. “Hai” Sapanya dan tersenyum manis.
“Krystal?” Tanya Sulli tidak percaya dan langsung memeluk
sahabatnya tanpa babibu, dan Krystal langsung membalas pelukan itu dengan
sedikit kewalahan.
“Kenapa kau tidak memberi tahuku kalau kau bersekolah di
sini? Dan kenapa kau bersekolah lagi? Bukannya kau sudah menyelesaikan
kuliahmu? Kau membohongiku ya, hah?” Tanya Sulli bertubi-tubi tanpa memberi
oksigen sedikitpun terhadap Krystal yang sesak nafas karena pelukan Sulli.
“Kejutan!” Balas Krystal sambil membentangkan tangannya dan
tersenyum gembira. “Aku tidak kuliah di sana, lagipula, aku belum lulus SMA,”
jelas Krystal dan terkekeh pelan melihat Sulli yang terus berfikir layaknya
anak kecil.
“Ya~ kurasa itu bukan kejutan lagi,” ujar Sulli melipat kedua
tangannya dan berpura-pura tidak peduli sambil membelakangi Krystal.
Beberapa detik setelah itu bel berbunyi, menandakan pelajaran
akan segera dimulai. Sulli menarik tangan Krystal ke bangku kosong yang berada
di sebelah bangku Sulli. Dan mereka memulai pelajaran pertama dengan
bergandengan tangan di belakang sana walaupun jarak di antara kedua meja cukup
jauh, sungguh ini adalah cara belajar yang mereka budidayakan sampai masuk ke
sekolah menengah atas sekarang.
“Sulli dan...... siapa namamu?” Tanya wanita paruh baya yang
sedang berkutik dengan papan tulis dan spidol. Ia menghentikan kegiatannya saat
melihat Sulli dan Krystal bergandengan tangan seperti seorang anak kecil, oh,
bahkan anak kecil saja tidak seperti itu.
“Jung soo Jung. Nama panggilanku Krystal.” jawabnya dengan
suara yang sangat lembut, dan di balas bibir-bibir yang membentuk huruf ‘ o ‘
di setiap murid yang terheran-heran melihat yeoja yang langsung mengikuti
pelajaran tanpa memperkenalkan diri terlebih dahulu.
“Ya, kau dan Sulli. Hentikan bergandengan seperti itu,”
tunjuk wanita itu dengan spidol yang ia pegang. Sulli dan Krystal melepas
tangan mereka sambil terkekeh pelan. Dan pelajaran dilanjutkan kembali tanpa
adanya tradisi bergandengan JungLi.
Bel yang bertanda pelajaran telah usai pun berdering cukup
keras. Kerumunan berjas biru tua berlomba-lomba untuk keluar dari kelas,
kecuali Sulli dan Krystal. Mereka memutuskan menunggu anak-anak kelasnya keluar
terlebih dahulu agar ia berdua tidak terhimpit.
“Huaaa! Apa setiap hari kau melihat ini, Sulli-ya?” Tanya
Krystal tidak percaya saat melihat mereka yang behimpitan untuk keluar dari
kelas.
“Ne, mereka selalu begitu. Seperti anak kecil saja!” Kata
Sulli dan sedikit meninggikan suaranya.
“Aku rasa kita yang seperti anak kecil,” ujar Krystal. Sulli
menatapnya dengan tatapan ‘apa maksudmu?’. “Bergandengan dan ditegur.” Jawab
Krystal singkat. Keduanya tertawa lepas, tak peduli beberapa pasang mata yang
melihat tingkah mereka.
Sementara di kejauhan sana..................
Minho terus menekan tombol ‘call’ tetapi orang yang ia telfon
tak mengangkatnya.
“aish, kenapa tidak diangkat?” Protesnya sambil memukul-mukul
layar handphonenya, ia tidak
menyadari kalau ia masih berada di supermarket, sehingga ada beberapa orang mengira
Minho sedikit......... ya kau tau, lah.
Minho mencoba menelfon adik perempuannya lagi.
“Halo?” terdengar suara Sulli di sebrang sana.
“Ya! Kau dari mana saja? Cepat temui oppa di supermarket
dekat sekolahmu!” Perintah Minho dengan suara yang cukup lantang dan lagi-lagi
membuat orang di sekitarnya menatap namja itu dengan tatapan bingung sekaligus
ngeri.
“Maaf” Ucap Minho sambil membungkukan badannya ketika
ia menyadari tatap-tatapan yang menurutnya mengerikan dan menuduh itu.
“Ya, ya. Aku maafkan.” Kata Sulli dengan suara lembut yang ia
buat-buat.
Minho mendengus jengkel dan memutuskan panggilannya. “Aku
tidak pernah minta maaf kepadamu,” jawab Minho sambiol menatap layar handphonenya yang mati.
Sulli POV
Oppa memutuskan panggilannya. Aigoo, kenapa aku harus punya
kakak yang seperti ini? Apa eomma dan appa tidak memilih jenis yang lain? Yang
lebih baik atau yang lebih apalah itu. Tetapi, aku cukup terkesan saat ia
mengatakan permintaan maafnya kepadaku, pertamakali ia mengatakan itu. Pasti ia
meminum obat penawar racun.
“Krystal, aku harus pergi menemui oppaku. Kau mau ikut?”
Ajakku ketika kami sampai di gerbang utama sekolah.
“Tak usah. Aku ada tugas di rumah. Berhati-hatilah” jawab
Krystal hati-hati, mungkin tidak ingin menyakiti hatiku.
“Oh ne, tugas apa itu? Tugas? Kau jadi satpam eoh?” Tanyaku
tanpa berfikir panjang. Krystal tertawa terbahak-bahak dan disusuli denganku,
tentunya dengan tertawa malu-malu.
“Tadi pagi aku lupa menyiapkan makan siang untuk Jessica
unnie. Sekarang aku harus cepat-cepat menyiapkannya dan mengantarnya ke tempat
kerjanya,” ucap Krystal dan diakhiri dengan lambaian tangan.
“Hati-hati!” Kataku berteriak karena jarak Krystal yang
semakin menjauh. Sayup-sayup aku menderkan suara ‘kau juga!’ dari Krystal.
Supermarket itu tak terlalu jauh dari sekolahku, hanya
memakan waktu 15 menit dengan berjalan kaki. Aku memutuskan untuk berjalan
kaki, kebetulan cuaca sedang bersahabat.
“Ya! Choi Jinri!” Teriak seseorang di belakang sana. Aku
dapat mengenali suaranya, Baekhyun.
“Mianhae, aku buru-buru!” Balasku berteriak juga lalu berlari
secepat mungkin, meninggalkan Baekhyun yang tidak bersuara lagi.
Kenapa oppa tidak suka dengan Baekhyun? Apa mereka ada
masalah? Apa karena Suzy? Hah, padahal yeoja itu sudah melupakan mereka.
Aku terlalu lama berfikir sehingga melewati supermarket yang
aku tuju, samar-samar aku mendengar suara Minho oppa yang berteriak karena aku
salah jalan.
Author POV
“Ya-Sulli! Telingamu tertinggal di kelas eoh?” Tanya Minho
dengan sedikit meledek. Tetapi Sulli hanya berjalan melewatinya dan duduk di
sebrang tempat duduk Minho.
“Sering sekali oppa mengajak adikmu bertemu.” Balas Sulli
dengan nada yang tak kalah meledek.
Minho mendengus jengkel dan meletakan amplop berwarna coklat
di meja mereka berdua. Sulli menatap oppanya dengan tatapan ‘apa isinya?’
“Dari appa.” Jelasnya singkat lalu pergi meninggalkan Sulli.
“Jangan pulang larut malam.” Perintahnya sambil membuka pintu mobilnya lalu
melesat entah kemana. Sulli menatap mobil hitam yang semakin mengecil itu dan
menghilang di balik tingkungan. Ia bangkit berdiri dan pulang menuju ke rumah
karena sudah tidak ada lagi kegiatan yang ia lakukan di sini ataupun di
sekolah.
***
Sulli menatap jam dindingnya, lalu menutup buku-buku
tugasnya. Tiba-tiba ia ingat dengan
amplop yang diberikan untuknya. Yeoja itu mulai mencari-cari barang yang
membuat ia penasaran selama seharian. Ia membuka amplop itu. Satu lembar foto,
satu buah kalung kusam yang terbungkus plastik kecil, dan sepucuk surat.
Sulli menatap foto itu, dan membaliknya. ‘Happy Family!’
Begitulah tulisan yang tercetak dengan tinta hitam yang mulai memudar. Lalu ia
menatap kembali foto itu, 2 bayi lucu, Minho, appanya, dan wanita paruh baya
yang tidak ia kenali.
Sulli POV
Siapa bayi ini? Wajahnya mirip sepertiku. Tetapi mengapa ada
dua bayi di sini? Siapa wanita paruh baya ini? Ekspresinya terlihat bahagia,
walaupun wajahnya amat pucat. Dan untuk apa kalung ini? Apakah aku terlibat
dalam foto dan kalung ini?
-TBC-
typo? sorry
salam, wica unyu
0 komentar:
Posting Komentar