Jumat, 27 November 2015

Persiapan Ujian

Halo kawan!

Selamat hari jumat!

Btw
Postingan yang kemaren itu sebenernya gue post hari jumat pagi tapi pas dicek harinya kamis........ sedih euy

Jangan pernah bosen ya buat berkunjung kesini setiap hari jumat!

Oke.
Minggu ini gue mau membicarakan sesuatu yang sedang kalian alami/akan(?)

Yoi bro, ujian.

Apa aja sih yang mesti dipersiapin sebelum/saat ujian? Yuk cekidot!

1. Pede
Pede cukup penting untuk dipersiapkan.
Kenapa?
Kalo pede lu rendah, lu bakal gak yakin sama jawaban yang lu pilih. #waras
Pede itu kacang tuh.
Kacang pede.
^____^

2. Mata
Iyalah.
Buat nyontek.
Kalo gada mata, pakailah mata hati.
Jangan gunakan mata hati hanya untuk melihat doi kawan.
Weswes
Sulit sulit.

3. Kecepatan tangan
Latihlah tangan lu mulai sekarang. Misalnya pas lu lagi duduk-duduk santai, coba latihan ngekebelakangin(?) tangan. Siapatau berguna saat lu pengen minta kertas contekan ke temen lu.

4. Makan
Sebelum ujian, ada baiknya buat makan dulu. Kalo gamakan pasti susah buat mikir #yaitugue.
Hidup makan!!!
#nomakannolife #nofilter #natural #followforlike

5. Alat tulis
Gak punya?
Pinjem.

6. Diri sendiri
Tanpa diri sendiri, lu gak bakal bisa ngerjain soal yang dikasih.
EYA GAK SEH?!?!?!!!!

Yang terakhir adalah
Yang paling top
T
O
P.

7. Doi
Mintalah semangat dari doi supaya lu senang. Lalu baper. Lalu lalu lalu lalu^_^
Bagi yang gapunya doi, carilah. Jangan manja
#lah
#gelap
#ahtolong
#gelapmas

Yea^_^

Oke segitu aja yap!

Selamat menikmati kertas ujian, kawan.

Jangan lupa belajar dan berdoa teman!

Maaf ya kalo akhir-akhir ini postingan gue agak ga menarik + panjang.

Emang biasanya gak menarik & pendek sih ya.

Yaudahlah

Pasrah berbi^___^

Typo? Sorry

Salam,
wica yang ingin ujian

Kamis, 19 November 2015

Tetangga Berjubah Putih [Cerpen-TekaTeki]

halo teman!

selamat hari jumat dan ketemu lagi nih sama tinkerbell yang berubah jadi berbi ^_^

udah lama banget ya gue ga ngepost cerita pendek alias cerpen?

ya walaupun gak banyak yang berminat buat baca beginian, gue mau "pamer" aja kalo ini adalah salah satu hobi gue dari kecil. yep, bikin cerpen! yuk langsung aja dibaca.

>>>>>>



Caroline baru saja kedatangan seorang tetangga baru, persis di sebelah rumahnya. Ia melihat sebuah mobil pengantar barang yang amat besar. Petugas-petugas berseragam dari mobil pengantar barang itu berlalu-lalang memasukan barang ke rumah yang cukup besar itu. Tiba-tiba ia terkejut melihat seorang kakek tua yang memakai jubah putih berada di depan rumah tetangga barunya. Caroline melihat kakek tua itu dari kepala sampai ke kaki.

Bukankah itu hantu? gumam Caroline.

Di sore hari, Caroline beserta teman-temannya bermain di taman yang berada di tengah perumahan. Setelah mereka lelah bermain, Caroline menceritakan apa yang ia lihat saat tetangga barunya itu berpakaian.

“kakek itu seperti hantu!” ucap Caroline heboh.

Caroline melanjutkan ceritanya lagi. Teman-temannya mendengarkan ceritanya dengan seksama.

“benarkah? Ia menatapmu dengan tajam?” tanya teman Caroline tidak kalah heboh.

“betul! Ia menatapku seperti ini,” Caroline menirukan tatapan dari kakek tua setajam mungkin saat kakek itu menatap Caroline. Teman-temannya bergidik seram.

“apakah ia tidak membawa senjata tajam?” tanya temannya yang lain, membuat semua anak yang berada disana mengiyakan pertanyaan temannya.

Caroline menggeleng pelan. “Tidak, tetapi....” ia berfikir sejenak. “Aku melihat sebuah kotak kayu yang sangat besar.” Katanya dengan lambat.

“jangan-jangan itu senjatanya!” ucap Gio, teman Caroline dengan tiba-tiba sampai membuat anak-anak yang berada di sekitarnya terkejut. Sebagian memukul anak bertubuh kurus itu, sebagian lagi hanya misuh-misuh sambil memegang jantung mereka masing-masing yang berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Caroline menanggapinya dengan tertawa pelan, ada rasa takut di dalam hatinya. Tetapi ia berusaha membuang rasa takut itu.

“Aku harap itu bukan sebongkah senjata.” Jawabnya pelan.

Tak terasa bulan telah menunjukan wajahnya, para anak-anak itu mengucapkan selamat jumpa satu dengan yang lain, lalu pergi ke rumahnya masing-masing. Hanya caroline yang tinggal di blok yang berbeda dengan teman-temannya. Ia sudah biasa berjalan sendirian saat selesai bermain, tetapi kali ini ada rasa yang berbeda yang muncul di dalam dirinya setelah menceritakan tetangga tua itu. Bulu kuduknya berdiri seketika, ia yang mempercepat jalannya, bahkan berlari untuk menuju ke rumahnya dengan segera.

Saat ia berlari melewati rumah kakek tua itu, ia mencium aroma bunga-bunga yang sangat menusuk. Bulu kuduknya kembali berdiri, dan Caroline mempercepat lajunya.

            “Ibu, apa Ibu tau tetangga baru kita?” tanya Caroline saat makan malam dengan keluarganya.

            “Tentu saja. Ada apa dengan tetangga baru kita, Carol?” jawab ibunya sambil menaruh piring di atas meja.

            “Apakah kakek tua itu menyeramkan?” tanya Caroline lagi.

            “Ia kakek yang baik, Caroline. Sudah, makanlah. Ini masakan kesukaanmu.” Ucap Ibunya.

            Caroline tidak bertanya lagi, ia menghabiskan masakan Ibunya secepat kilat, lalu beranjak dari sana menuju ke kamarnya untuk beristirahat.

            Matahari pagi menyinari wajahnya. Ia membuka matanya perlahan, beradaptasi dengan cahaya matahari. Caroline melihat jam, pukul tujuh kurang dua puluh menit.

            “Yaampun! Mengapa aku bangun sesiang ini?” katanya dan langsung meluncur ke kamar mandi, lalu berangkat ke sekolah tanpa menghabiskan sarapannya.

             Ia berlari kembali, dan tentunya melewati rumah kakek tua itu. Rumahnya cukup lebar sehingga rasanya begitu lama jika berjalan melewati rumah itu. Dan lagi-lagi, ia mencium aroma bunga-bungaan yang berasal dari rumah tetangga barunya.

Apa yang ia lakukan? Tanyanya dalam hati sambil terus berlari menuju ke sekolahnya.

            Sesampainya di sekolah, teman-temannya menatap wajah Caroline dengan pebuh tanda tanya. Wajah Caroline begitu pucat saat ia duduk di sebelah Vani, teman sebangkunya.

            “apa yang terjadi? Wajahmu begitu pucat!” tanya Gio dan diikuti dengan teman-temannya yang mulai mengerumuni meja Caroline.

            “Apakah kau habis bertemu dengan kakek tua itu?” tanya Jeni, salah satu teman Caroline yang kemarin mendengar ceritanya.

            “Tidak, tetapi aroma dari rumahnya!” ucap Caroline sambil mengatur nafasnya.

            “Kau bertemu dengan aroma rumahnya? Bagaimana bentuknya?” tanya Gio yang ditanggapi dengan pukulan oleh Vani.

            “itu sangat menyeramkan! Aku mencium aroma itu sejak tadi malam.” Ucap Caroline lagi, membuat sebagian anak yang berada di kerumunan berbisik satu dengan yang lain.

            Bagaimana itu bisa terjadi?

            “Ayo besok kita cari tahu siapa kakek itu!” seru Nico, si pemberani dari belakang. Semua anak memutar kepalanya untuk mencari tau keberadaan Nico.

            “Ide yang bagus. Aku ikut!” ucap Gio sambil mengepalkan tangannya ke atas, lalu disusul dengan Vani.

            Caroline menatap teman-temannya. Perasaan senang dan takut tercampur di dalam hatinya.

            Esok adalah hari yang paling menegangkan baginya.

            Setelah pulang sekolah, Caroline, Gio, Vani, dan Nico pergi ke rumah Caroline untuk menyusun sebuah rencana.

            “Apa yang akan kita lakukan jika kakek itu menyerang kita?” tanya Vani penasaran. Caroline membenarkan ucapan Vani dengan menganggukan kepalanya.

            “Kita berteriak sekencang mungkin. Gampang, bukan?” jawab Gio dengan santai tanpa rasa takut.

            Sementara Nico terlihat gugup sambil menggigit jarinya.

            Setelah mempersiapkan semua yang mereka butuhkan, mereka mulai melangkahkan kaki ke keluar rumah.

            “Aku takut!” ucap Nico yang langsung disambut dengan tatapan sinis oleh Vani.

            Tak sampai 5 menit mereka sudah sampai di depan rumah kakek “beraroma” itu. Gio yang berada di paling depan mulai menginjak teras rumah tetangga baru Caroline itu.

            Mereka berempat sudah mulai membuka pintu rumah yang tak dikunci oleh sang pemilik, kakek tua. Aku tau ini emang tidak sopan, tetapi aku harus mencari tahu siapa kakek tua itu, gumam Caroline sambil menelusuri rumah yang cukup gelap itu.

            “Ahh! Apa ini?!” seru Nico hingga membuat mereka bertiga menatap ke arah meja yang dilihat Nico.

            Gio mendekati meja itu. “Bercak darah?” ucapnya pelan tetapi Caroline dan teman-temannya dapat mendengarnya.

            “Ayo kita tinggalkan rumah ini!” kata Nico dengan tubuh yang sudah bergetar hebat.

            “Tidak.” Jawab Vani. “Aku yakin ada sesuatu yang tidak menyeramkan di rumah ini, dan juga kakek tua itu.”

            Tiba-tiba ada langkah kaki yang amat berat suaranya. Mereka berempat membeku sambil menatap bayangan yang cukup besar dari belakang sana.




Nah! Kira-kira kalian tau gak apa yang terjadi setelah mereka bertemu dengan kakek tua itu? 


hohohoho,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,



typo? sorry


salam,
wica yang suka gantungin orang

Jumat, 13 November 2015

Gak Penting

Halo teman ketemu sama gue di hari jumat lagi!
Semoga pada gak bosen yaaa!

Kali ini gue mau ngomongin sesuatu yang gak terlalu penting sebenernya.

Ya emang begini, gak penting.

Dibilang gak penting.

Jangan dibaca udah

Sedih berbi

Salam,
Wica Sangat Unyu

Btw
Ini postingan terganiat sepanjang masa

Jumat, 06 November 2015

Tipe Orang Angkot

Halo teman-teman!

Berjumpa lagi bareng gue dihari jumat~

Di postingan kali ini gue bakal bahas sesuatu yang sering gue liat karena gue adalah salah satu konsumen dari kendaraan umum ini, angkot.

Dari sekolah ke rumah gue itu 3 kali naik angkot dan membutuhkan waktu satu setengah jam untuk sampai di rumah gue.
Lama banget ya.
Kalo naik motor sekitar 45menitan.
Kalo jalan kaki mungkin gak sampe-sampe.
Apalagi ngesot.

Dan karena gue sering liat orang yang naik angkot(?) Gue mau kasih tau beberapa jenis orang yang naik angkot. Cus!

1. Nyusain diri sendiri
Orang ini bawa tas punggung, tasnya gede, bukannya dipangku malah dibiarin aja di belakang badannya. Alhasil yang duduk tasnya. Dan dia ribet sendiri, nyusain diri sendiri.
Kasian.

2. Berasa di rumah nenek
Nah orang yang ini baru masuk angkot udah tidur. Tidurnya gak pake jaim.
Mungkin bukan berasa di rumah nenek kali ya.
Berasa di angkot nenek.
Sip.

3. Barang bawaannya banyak
Orang ini pasti disuruh sama drivernya buat duduk di paling belakang atau di samping drivernya. Kenapa? Karena kalo dia duduk bukan di tempat yang direkomendasikan, pasti bakal nyusain orang yang mau turun dari angkot. Betul, teman?

4. Sekalian jualan
Gue pernah ketemu orang yang naik angkot kayak begini nih. Bawa tas gede, isinya sendal. Ngobrol sama orang ujung2nya nawarin barang yang dijual.
Boleh ugha loe, mas.

5. Turunnya ribet
Nah ini gue.

6. Pacaran di angkot.
Ya ini mah gapapa, sih.
Tapi yang apa-apanya gue.
Udah
cukup mas
Cukup!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sekian

Typo? Sorry

SHARE KE TEMEN-TEMEN KALIAN YA KALO KALIAN SUKA SAMA BLOG INI BIAR MEREKA BACA JUGA!!!

Salam,
wica yang selalu apa-apa.